"Ngidam" Makanan Manis Saat Stres? Ternyata, Ini Penjelasan Ahli

"Ngidam" Makanan Manis Saat Stres? Ternyata, Ini Penjelasan Ahli "Ngidam" Makanan Manis Saat Stres? Ternyata, Ini Penjelasan Ahli

Pernahkah kamu merasa sedang stres atau tertekan, terus tiba-tiba tubuh menginginkan atau "ngidam" sarapan yang manis? Hal ini ternyata berlipat-lipat dirasakan memakai orang-orang lho. Berikut penjelasannya.

Otak adalah bagian tubuh yang bertanggung jawab terhadap stres. Seperti dilansir Scientific America, supayapun sekadar sehebat 2 persen mengenai total massa tubuh manusia, namun otak mengonsumsi separuh mengenai asupan karbohidrat yang masuk kedalam tubuh. Yuk scroll demi lengkapnya.

Stres dipicu efek pelepasan hormon kortisol dari hipoccampus nan terdapat dengan otak. Pelepasan kortisol memicu peningkatan denyut jantung, tekanan darah, gula darah, pernapasan, bersama fungsi otot.

Mekanisme ini selurusnya bermanfaat untuk meningkatkan saat kamu berhadapan demi situasi penuh tekanan. Namun, jumlah kortisol yang terlintas tinggi dapat mengbalasankan rasa stres, rasa cemas, serta gejala depresi.

Keinginan makan manis saat stres diduga berkaitan memakai kortisol dalam tubuh. Dilansir dari National Geographic, penelitian mengatakan bahwa mengonsumsi makanan manis atau mengandung gula dapat menurunkan jumlah kortisol di dalam tubuh. Seengat, respons otak dalam menanggapi stres buat ikut membaik.

Meski demikian, hubungan langsung antara asupan gula demi stres masih perlu dikaji lebih lanjut. Asupan gula bukanlah satu-satunya ciri yang memengaruhi aktivitas hippocampus. Masih ada ciri lainnya yang perlu diteliti.

Otak membutuhkan energi agar bisa menjalankan fungsinya. Rata-rata, otak orang dewasa menggunakan 20 persen energi total bahwa dimiliki tubuh. Ketika stres, organ vital ini membutuhkan energi tambahan seberlimpah 12 persen.

Sumber energi otak menpaling dalam ketimbang karbohidrat, dan gula (glukosa) adalah jenis karbohidrat yang paling mudah diubah menjadi energi. Kekurangan asupan karbohidrat, ditambah kondisi stres dan lapar, dapat menurunkan sejumlah fungsi otak.

Salah satu fungsi otak adalah mengatur metabolisme tubuh, pencernaan, selanjutnya kemampuan berpikir. Saat kekurangan glukosa, otak tidak dapat menjalankan fungsi ini karena terhalang sama sejenis saraf di dalam hipotalamus.

Inilah bahwa melahirkan kamu ingin makan manis saat stres. Otak tidak mendapat cukup energi demi berfungsi memakai semestinya, dan makanan manis adalah sumber karbohidrat paling sederhana bahwa bisa digunakan memakai andal.

Asupan gula dapat merangsang pelepasan hormon dopamin dan bagian otak yang disebut nucleus accumbens. Kedua faktor ini menimbulkan perasaan bahagia yang cakap. Perasaan terhormat bahkan serupa bersama efek konsumsi kokain dan heroin.

Selain itu, asupan gula pula memicu pelepasan hormon serotonin. Hormon ini memberikan efek yang menenangkan seengat stres terasa mereda. Efek inilah yang menimbulkan kesan seolah konsumsi manis dapat mengatasi stres.

Akan tetapi, efek ini tidak terasa saat kamu mengonsumsi incaran atas pemanis buatan. Rasa manis yang dihasilkan belaka memicu otak selanjutnya tubu kalau makan lebih berjibun. Akibatnya, kamu makan berjibun incaran manis saat stres.

Maka ketimbang itu, keinginan kita menurut makan karbohidrat adalah sinyal bahwa otak kekurangan energi, meskipun seluruh bagian tubuh mendapat asupan karbohidrat akan cukup.

Achim Peters, peneliti orak bersama diabetologis dari Selfish Brain Clinical Research Group hadapan Universitas Lubeck melakukan penelitian bersama 40 subjek dibagi dalam 2 sesi. Pada sesi satu, partisipan diminta berpidato semasa masing-masing 10 menit hadapan depan orang-orang asing. Sesi lainnya, mereka tidak pantas berpidato. Pada akhir setiap sesi, tingkat hormon stress, kortisol bersama adrenalin dalam darah diukur. Disediakan jamuan makan pula bagi para subjek.

Partisipan adapun berpidato sebelum makan memiliki tingkat stres adapun lebih banter dan mengonsumsi karbohidrat lebih berjibun 34 gram daripada mereka adapun tidak berpidato. Tubuh menginginkan asupan gula ketika seseorang merasa stress.

“Ketika kita jauh didalam tekanan, hormon kartisol meningkat tajam lagi itu menyebabkan kita menginginkan mangsa manis karena mangsa manis memicu hormon serotonin, adapun menenangkan sekaligus melegakan. Itu ialah cara tubuh kita untuk lebih santai,” ujar Rebbeca Scritchfield, seorang konsultan diet laksana dikutip daripada Huffington Post.

Saat stres, orang bisa saja makan apapun, sebagaimana yang dialami partisipan ekstra dalam subjek penelitian Peters, walaupunpun sebetulnya otak hanya butuh asupan gula.

Namun, tentu harus ada batasan ketika mengonsumsi makanan manis, karena terlantas berlebihan mengonsumsi makanan manis peerkembangan gula bagaikan cokelat, permen, kue memakai lainnya tidak terlantas baik jika dimakan berlebihan.